Holding sun

Holding sun

Rabu, 22 April 2015

Elegi 22-04-15

Rabu, 22 April 2015. Sebentar lagi hari ini berakhir. Entah...mataku tak mau terpejam. Bayangku melayang menyaksikan seorang gadis di dalam kamar kost kecilnya.

Dia bangun, menatap kembali dinding yang telah usang. Ahh.. Betapa malasnya dia untuk bangkit. "aku kan sedang gak sholat, tidur lagi gak papa lah...", pikirnya. Dia kembali bergelung dalam mimpi.

Tak lama ia kembali terbangun, suara gaduh dari luar menarik perhatiannya. Dia lirik handphone di sampingnya, pukul 06.45. Lanjut dengan cek pesan, tak ada pesan masuk, bahkan dari seseorang yang sudah pasti ia harapkan kabarnya. "uhh..bisa ketinggalan kereta ni kalo gak cepet2 mandi", lalu ia bergegas ke kamar mandi. Sial, ada orang. Terpaksa dia balik ke kamar, eeii.. Belum sempat kabur, seorang bapak separuh baya mencegatnya. Bagai debt collector, bapak itu terlihat menakutkan. Yaa..tagihan kost bulan ini. Dengan wajah polosnya si gadis berkata akan segera membayar. "pagi-pagi udah ditagih bayar kos, huhh.., maaf, saya belum ada uang bapak..", gerutunya.

Akhirnya, 07.30 selesai juga mandi, siap-siap, dan.. emm..tak perlu dandan, karena dia tak ingin ke kondangan, tak juga akan bertemu seorang spesial, cuma berpanas panas ria di kereta penataran yang membawanya ke kampung halaman. Aneh, baru 2 hari lalu ia balik, tapi rasanya sudah sangat lama.

07.45. Sampai juga ia di stasiun. Segera hp nya berdering, telepon dari seorang yang di nantinya itu. Dia senang, dalam hati saja, tapi entah yang keluar dari mulutnya tak sama dengan yang aa di hatinya. Hatinya rindu mendengar suara itu, tapi logikanya kesal karean ia tak jadi prioritas. Ia kesepian, sangat,, tapi tak ada yang peduli dengan sepi dirinya. Mungkin karena rencana untuk hari ini hanya menguap begitu saja, tentang perjalanan ke batu itu, tentang pendakian ke bromo, semua cuma kosong belaka.

Sehari lalu, si gadis menunggu di terminal, mungkin bisa bertemu barang semenit saja, tapi sia-sia, bukan bertemu dengan orang itu, malah digodain preman. Sial. Orang itu bilang,si gadis kemalan, mungkin memang benar.. Karena itulah, logikanya menolak berbaik hati, biarlah dia sadar bahwa aku juga berharga, gak murahan, yg bisa ditemui saat dibutuhin dan gak dipeduliin saat dia gak butuh, begitu pikirnya.

Entah, yang pasti kereta datang dan membawa gadis itu bersamanya. Sial lagi. Sebelahnya seorang lelaki muda, emm..cukup tampan, mengajak bicara banyak. Gaya bicara dan sikap hangatnya cukup menghibur, tapi saat mood sedang gak baik, malah jadi pengen marah2, apalagi ketika topik beralih ke pemerintahan, yg ujung2nya dia jelekin kontraktor. Meskipun sudah tak bekerja di perusahaan konstruksi, tapi si gadis merasa kesal juga, pasalnya dia masih menyayangi mantan tempatnya bekerja itu. Separuh jalan, penderitaan berakhir setelah si lelaki turun. Sekarang ganti ibu-ibu tua dengan cucunya yang masih kecil. Obrol punya obrol, ibu itu turun di malang, tapi belum pernah naik kereta sebelumnya dan beliau juga bingung tentang tujuannya nanti. Yahh.. Berhubung si gadis sudah expert naik kereta, dia temenin ibu itu turun di malang. Pulangnya gimana? Entah.. Malah bisa jalan2 ngusir penat dulu, pikirnya. Lama ibu itu menunggu anaknya yang katanya mau jemput, akhirnya setelah tanya sana sini, ibu itu naik angkot, setelah si gadis memastikan alamat yang diuju dilewati oleh angkot tsb. Terus,, aku kemana?? Aku ingin mbolang dulu di malang, pikir gilanya. Tapi... "kereta api penataran tujuan blitar segera diberangkatkan", lohh.. Itu kereta si gadis belum berangkat. Dengan berlari si gadis masuk kembali ke dalam peron, meski harus berhadapan dulu dengan petugas. Alhamdulillah, ia masih sempat mengejar kereta diikuti dengan teriakan marah2 dari petugas.

Capek, kepala pening karena belum makan dari pagi. Tak apa,, pukul 13.00 sampai juga di rumah. Si gadis makan, saking laparnya sampai belum sempat ngapa2in dulu. Lalu seperti biasa, gadis mengerjakan pekerjaan rumah, memberi makan kucing, ayam dan kambing karena bapak ibunya sedang tak ada di rumah. Tambahan, mengurus adik yang baru pulang sekolah. Sore, tinggal capek dan penat yang dia rasakan. Lagi,, seorang itu tak peduli padaku, sama sekali tak menanyakan keadaanku. Yaa.. Biar saja, toh aku bukan istrinya, tak ada keharusan dia mencemaskanku, pikirnya.

Bayangan gadis itu perlahan kabur dari imagiku. Yaa.. Gadis itu adalah aku, perjalananku sehari tadi. Pengalaman yang esok akan menjadi sejarah. Perjalananku hari ini adalah instrospeksi diri bagiku sebelum tergantikan esok hari dan secuil harap agar esok lebih baik dari hari ini. Aku banyak salah hari ini, marahku dan kesalku lebih besar dari sabar dam syukurku. Aku lebih cepat terbakar. Ya Allah, jadikan esok hamba lebih baik, jadikan jiwa hamba jiwa yang sabar dalam godaan dan syukur dalam setiap keadaan. Terimakasih untuk nafas hari ini.

Semangat Instrospeksi Diri ^^