Holding sun

Holding sun

Minggu, 08 Maret 2015

Tak Sebaik Pisang - LMFF Forum Sastra Bumi Pertiwi

“Berhentilah mengeluh! Kamu hanya perlu bersabar. Nggak ada yang sia-sia di bumi ini, semua pasti ada balasannya, sekecil apapun itu,” tutur Wira sambil menepuk bahu sahabatnya. 
“Gak usah menggurui aku! Ngomong emang gampang, segampang kamu kentut, sekali keluar, beres sudah. Kamu gak ada di posisi aku, kamu gak ngerti! Aku sudah lelah jadi orang baik, aku lelah berkorban. Ternyata yang aku dapatkan hanya nihil, sebaliknya, malah aku yang terus diabaikan. Solidaritas, loyalitas, semua hanya omong kosong! Kenyataanya, kata itu hanya ada dalam kamus, gak ada bukti!” ucap Lingga membabi buta. Sinar kemarahan terpancar jelas dari mata sipitnya.
“Lihatlah pohon-pohon pisang itu! Mereka tak pernah mengeluh meski harus mati setelah buahnya diambil. Mereka rela tumbuh besar, dewasa, berbuah, kemudian ditebang. Mereka lakukan demi manusia, untuk mencukupi kebutuhan kita. Itulah pengorbanan, Ngga. Sekarang kamu sudah kalah sama pohon pisang. Baru saja sedikit berbuat baik, dikecewakan sedikit, sudah putus asa. Itu hanyalah hal kecil, kamu gak sampai mati gara-gara berbuat kebaikan kan? Kamu juga masih bisa hidup normal,” terang Wira tak kalah seriusnya.
“Iya…. Tapi sekarang aku jadi gembel, aku dipecat, dan semua ini karena si bajingan Guntur itu. Dia itu korupsi Wir, baik-baik aku ingatkan, tapi malah aku yang balik disalahkan. Dulu aku pinjemi dia uang, aku kasih tempat tinggal, aku bantu kerja di tempatku, ee… sudah di atas, malah nendang aku dari kantor. Apa maunya tu orang? Kalaupun aku jadi pohon pisang, aku gak akan pernah memberi buahku ke orang macam dia!” gerutunya tak mau berhenti.
“Semua perbuatan ada balasannya, baik kamu maupun Guntur akan dapat balasan yang sebanding. Tuhan itu adil, Ngga…. Berikanlah yang terbaik buat orang lain, jangan berharap mendapat kebaikan. Percayalah, pisang tetap akan berbuah pisang, gak akan jadi jambu.”
Matahari sudah semakin menjauh. Amarah Lingga pun sudah sedikit mereda. Di kiri jalan, para petani telah selesai memanen pisang, tak nampak lagi bahwa lahan itu pernah menjadi kebun pisang. Di kejauhan terlihat dua orang polisi dengan satu orang lagi dalam borgol. Lelaki tinggi kurus, berkulit putih, berjalan dengan penuh paksaan ke arah Wira dan Lingga.
“Wir…. Guntur Wir….,” ucap Lingga tergagap.
“Sekarang kamu percaya kan kalau Tuhan itu adil? Masih mau marah-marah lagi?” jawab Wira santai.

“Nggak Wir….,” balasnya dengan senyum di bibir, tak terlihat sedikitpun kemarahan di wajahnya. Benarlah, bahwa segala sesuatu akan mendapat balasan setimpal.

Diikutkan dalam Lomba Menulis Flash Fiction Forum Sastra Bumi Pertiwi 2012

Suamiku Offshore-ers... (part 1)

Pernahkan di benak kalian terlintas bayangan berdiri berdampingan dengan seorang laki-laki yang akan meninggalkanmu tiap bulan, atau bahkan tiap minggu. Yaa... wanita memang selalu ingin dipuja dan diperhatikan, itu sudah rahasia yang umum. Namun apakah kamu, para kaum hawa mendapatkannya seutuhnya jika suamimu adalah seorang Offshore-ers??

Sekarang yang menjadi masalah utama bukanlah kekhawatiran akan pujaan dan perhatian itu, melainkan tentang kekhawatiran akan keselamatan sang suami. Kita semua tahu bahwa bekerja di laut lepas memiliki risiko yang jauuhhh lebih besar dibandingkan di darat, bahkan tingkatnya sudah mencapai super extreme risk jika diterjemahkan dalam risk level. Jika kita mengutarakan kekhawatiran kita itu pada suami kita, maka akan dijawab dengan ringan, "Alat-alat safety disana sudah banyak dan semua dijamin pasti aman,". Ya.. itu benar sayang... Tapi bagaimana dengan kondisi cuaca, angin, yang kedatangannya tidak dapat diprediksi?? Aku masih akan terus mengkhawatirkanmu sebelum melihatmu tersenyum kembali di hadapanku, sayang... (Jawaban yang klise pula..^~)

Buat kamu para wanita yang berjodoh dengan seorang Offshore-ers atau mungkin masih akan memulai perjodohan, namun bimbang karena profesinya, yukk kita coba kupas semua tentang profesi ini, dari sudut pandang wanita (lebih tepatnya istri).
  • Yakinlah bahwa semua profesi itu baik, asal HALAL
Semua profesi iu baik dan memiliki keistimewaan masing-masing. Percayalah bahwa menjadi Offshore-ers itu KEREN. Bayangkan saja, jika tidak ada Offshore-ers, bagaimana kebutuhan minyak kita terpenuhi? Sumber daya minyak kita yang melimpah butuh tangan-tangan ahli mereka untuk mengambil dan memproduksinya. Keahlian dan kemampuan mereka menjadi tumpuan banyak orang untuk bertahan hidup, banyak profesi lain yang keberlangsungannya tergantung dari Offshore-ers. Jadi, mereka sangat Keren kan,, dan mereka adalah suami kita ^^
  • Khawatir itu Sayang, Cemas itu Cinta...:D
Hujan turun dengan derasnya ditambah dengan petir yang menyambar-nyambar. Aku ambil HP, aku sms sekali dua kali tidak ada balasan, aku telepon, nomornya tidak aktif. Padahal sudah waktunya dia istirahat bekerja. Wowww... Itu yang bikin kita deg-degan, bertanya-tanya, apa yang terjadi di lautan sana? Apakah sedang hujan badai juga? Apakah suamiku baik-baik saja? Kemana dia? Apakah dia terjebak dan tidak dapat kembali ke kapal? Ya Allah,,, sungguh kondisi yang mengacaukan. Yahh.. mau tidak mau kita hanya bisa berdo'a sembari menunggu kabar darinya. Percayakan semuanya pada Sang Maha Pencipta, Insya'Allah tidak akan terjadi apa-apa. Memang ini yang membedakan profesi di laut dengan di darat, tingkat risikonya jauh lebih tinggi (seperti sudah saya sebutkan di awal). Tak apa kita khawatir dan cemas, itu hal sangat wajar, malah akan terasa aneh jika kita tak khawatir sama sekali, namun tidak lantas kita menangis sambil memohon-mohon agar dia berhenti dari pekerjaannya dan memilih bekerja saja di darat, agar kita tidak perlu lagi merasa cemas sepanjang waktu. Don't do that, karena itu bisa saja menjadi tekanan batin bagi suami. Pekerjaanya saja sudah berat, ditambah dengan istri yang terus mengomel minta dia pindah kerja, aduhh,, tambah pusinglah sang suami. Bukankah pekerjaan itu seperti seorang jodoh, kita akan merasa nyaman jika itu jodoh kita, kalau bukan ya gak bakalan betah, meskipun gajinya tinggi. Jadi, dukunglah apapun keputusan suami, apapun yang dia pilih, itu yang terbaik, bukan hanya buatnya, tapi juga buat kita, keluarganya. Bukankah waktu menikah sudah terikat janji untuk selalu bersama dalam kondisi apapun?? (meskipun aku belum menikah dan belum resmi menjadi istri seorang Offshore-ers,,hihihiii..)
  • Jangan Dengarkan Anjing yang Menggonggong 
Percayalah, ketika kamu memutuskan untuk menikah dengan Offshore-ers, akan banyak orang yang memberikan gambaran kurang baik, terutama dari orang yang berpengalaman dan mengerti bagaimana kehidupan di offshore. Ini aku dapatkan ketika aku masih bekerja di salah satu perusahaan EPC, yang memang memiliki partner perusahaan offshore. Atasanku sendiri sering berkata bahwa kehidupan offshore itu kejam, para pekerjanya (yang notabene laki-laki semua) sering disuguhi hiburan wanita sambil berpesta ketika sudah mendarat. Masuk akal juga sih, siapapun pasti bakal bosan jika tiap hari yang dilihat hanya air dan air, beda dengan kita- kita yang bisa jalan-jalan ke mall di saat bosan, karena alasan itulah mereka disuguhi hiburan tersebut agar betah bekerja. Menurut atasanku, hampir semua Offshore-ers seperti itu, apalagi di perusahaan P (tempat calon suamiku bekerja), sering ada pesta yang melibatkan wanita-wanita penghibur di dalamnya. Yahh... siapa sih yang gak was-was dengan kabar seperti itu. Langsung saja aku crosscheck ke orangnya, dia bilang tidak pernah ada pesta yang seperti itu ditempatnya bekerja, hiburannya ya PS, TV atau Gym, katanya. Ya... disini kunci utamanya adalah kepercayaan, jika kamu percaya sepenuhnya dengannya, maka jangan pedulikan orang lain. Toh, kita bisa kan mengontrolnya dari sms, telepon agar kita selalu tahu kabarnya. Selain itu, ini tugas kita sebagai istri untuk terus menjaga suami kita, jangan sampai jatuh ke tempat yang salah, jangan sampai keluar dari jalur keimanan yang selama ini dijaga. Aku yakin, jika kita percaya dengan suami kita, dan kita berikan yang terbaik, tulus mengabdi padanya, maka suami kita pun akan terjaga dan akan terus menjadi milik kita seorang. Jadi, percayalah pada suamimu, jangan pernah terbakar oleh gosip dari orang lain ^^.
  • Dia Tak Pernah ada Untukku

Ya... itulah yang akan kita alami nantinya. Saat moment-moment penting kita, mungkin saja tak ada suami yang menemani. Saat kita ulang tahun mungkin atau saat kita sakit, kita harus siap menghadapinya seorang diri. Bagaimana tidak, seorang offshore-ers tidak mungkin dapat pulang kampung sekehendak hatinya, mereka harus menunggu hingga jadwalnya pulang, itupun jika kondisi cuaca memungkinkan, kalau tidak, bisa jadi berbulan-bulan tidak pulang kampung. Kita benar-benar harus siap dan tegar menghadapi kemungkinan itu, apalagi jika nanti kita sudah memiliki anak, kita harus mampu membuat anak kitapun tegar menghadapinya. "Bunda, Ayah kok gak pulang-pulang ya?" atau "Ini ulang tahunku, aku mau Ayah disini!" atau mungkin "Hari pertama sekolah, aku mau diantar Ayah !", Mungkin nanti kita akan menghadapi hal-hal semacam itu. Sebagai Bunda, kita harus tegar dan mempersiapkan jawaban dari semua pertanyaan itu. Jangan sampai anak-anak kita berpikiran "Ayah gak sayang sama aku, Ayah gak pernah ada saat ulang tahunku", atau yang lainnya. Kita harus mampu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang pekerjaan Ayah mereka dan membuat mereka bangga memiliki Ayah seorang offshore-ers, bukan malah sebaliknya. Bagaimana caranya?? Itu kreativitas Anda, Mom...^^ (kita akan bahas di part 2, Insya'Allah..)
  • Jadikan Liburnya Berarti
Buatlah liburan suamimu yang hanya sebentar itu memberikan kesan yang mendalam, manfaatkan waktu yang kalian punya untuk kegiatan bersama-sama. Seperti berlibur, piknik atau apapun kegemaran kalian, yang jelas jangan hanya berdiam diri di rumah yang akan membuat suamimu bosan, bahkan sampai merasa lebih enak bekerja daripada di rumah bersama keluarga. Jangan sampai!
Jika kalian tidak menyukai aktivitas di luar rumah, kalian bisa bersantai di ruang keluarga bersama-sama, sambil nonton film favorit ditemani dengan teh dan kue buatan Bunda. Sambil bercerita kejadian-kejadian seru yang dialami oleh masing-masing anggota, itu juga akan semakin membuat kesan keluarga kalian semakin kuat. Asal jangan biarkan suamimu menghabiskan hari dengan tidur atau melamun sendirian. Jadilah istri yang cerdas !
  • Kuat, Tegar, Sabar, dan Syukur
Inilah kunci utama bagi istri Offshore-ers. KUAT, karena harus mengurus segala keperluan keluarga sendiri selama suami bertugas di laut, kuat menjadi pengganti suami sendiri, seperti mengganti genting ruah yang bocor, mengganti lampu yang mati, semua itu akan menjadi tugasmu, Mom ^^. TEGAR, karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Ketika anak, keluarga, atau kita sendiri sakit, kita harus tegar menghadapinya sendiri. Bahkan mungkin ketika ada orang tua, atau keluarga yang meninggal, dan suami tak ada, kitapun harus menggantikan perannya. Mungkin olok-olok akan datang dari sebagian orang, jangan patah arang, tetap Tegar, karena itulah konsekuensimu memilih Offshore-ers.. :) SABAR, karena semua akan indah pada waktunya. Mungkin saat ini kita merasa capek, jarang mendapat perhatian suami, dan merasa hidup begitu jahat, tapi ingatlah, suatu saat kita akan menuai hasilnya. Allah tidak tidur, Dia akan membalas semua hal baik yang telah kita tanam dengan kebaikan yang berlipat ^^ SYUKUR, karena semua yang kita lalui adalah skenario Yang Maha Kuasa. Jodoh, rezeki, semua sudah dituliskan, kita tinggal menjalani dengan keikhlasan. Percayalah, kamu dipercaya menjadi istri seorang Offshore-ers karena Allah melihat kamu begitu istimewa dan Allah percaya kamu mampu menjadi wanita terbaik disampingnya dan disisi anak-anaknya :)

Katakanlah, "Wahai suamiku, aku bangga memilikimu, aku bangga dengan profesimu, dan aku akan membanggakanmu kepada semua orang, hingga mereka melihat bahwa apapun tak menghalangi cinta suci kita."

Semua yang aku tuliskan di atas adalah teori yang telah aku pelajari selama aku mengikrarkan diri menjadi istri seorang Offshore-ers. Untuk praktek yang lebih riil, kita sambung di part 2 ya, nanti, ketika aku sudah merasakan realita menjadi istri seorang Offshore-ers sesungguhnya :D. Semoga aku masih diberikan kesempatan untuk menuliskannya kembali.^^

Salam Berbagi...

Kamis, 05 Maret 2015

Jogjakarta, Truly Amaziinggg - 20 - 22 Oktober 2014

Sudah lama pengen ke Jogja, akhirnya keturutan juga.. :)

Critanya saat itu aku aku libur kerja seminggu, saat itu juga mas Alfian (aka Masnya Luluk) sedang off kerjanya, jadi dehh nyusun rencana buat main ke Jogja.

Kami berangkat naik kereta Malioboro dari Blitar menuju ke stasiun Tugu, Jogjakarta jam 09.58 WIB. Perjalanan dari Blitar ke Tugu gak lama, cuma makan waktu lima jam (hahaha,, lama juga ternyata yaa..). Kami tiba pukul 15.06 WIB, langsung deh hunting nyari penginepan.Agak lama juga jalan-jalan sepanjang jalan Sosrowijayan sampai akhirnya nemu penginapan yang lumayan terjangkau. Namanya Hotel Supalana. Tarifnya Rp 180.000 semalem, dapet TV, AC sama sarapan roti. Setelah istirahat dan mandi, kami nyari makan di sekitaran Jalan Malioboro. Saat itu aku kepengen banget nyobain nasi kucing yang katanya murah, hihihi.. Alhasil beli nasi kucing Rp 3.000 an sama lauk gorengan 500 perak..(penghematan cuyy.., namanya juga Backpacker..^^).

Ini nih trip mbolang aku..:D

Hari Pertama, Selasa, 21 Oktober 2014

- Wisata Candi (Candi Borobudur + Prambanan)

BOROBUDUR
  1. Naik Transjogja 2B dari Halte Malioboro ke Terminal Jombor, ongkosnya cuma 3.000 kok..:)
  2. Dari Jombor naik bus yang ke arah Borobudur, nanti langsung turun di Terminal Borobudur, ongkosnya 10.000. Lumayan jauh rute perjalanan bus ini, hampir 2 jam perjalanan dengan melewati 2 terminal gede.Tapi gak perlu takut kebablasan, karena bus ini terakhir sampai Terminal Borobudur aja.
  3. Begitu di Terminal, ntar banyak bapak-bapak yang nawarin naik dokar atau bisa juga ngojek. Sebelum jalan ke lokasi candi, kami sempat sarapan dulu di tempat makan pas depan Terminal. Nasi pecel lauk telur ceplok 10.000, tergolong mahal untuk ukuran makanan di Jogja (jangan tergoda jika ada tulisan nasi pecel 7.000, ternyata itu belum sama lauk.. :( )
  4. Udah kenyang, kami lanjut ke lokasi candi naik dokar, tarifnya 15.000, uda gak bisa di tawar lagi. Kalo jalan sih lumayan jauh, apalagi dengan cuaca yang panas, cukup untuk membuat kulit hitam,hhe....
  5. Sampailah kita di lokasi Candi, di sana banyak orang jualan topi, yahh,, emang panas si ya, aku pun akhirnya nywa payung, 5.000 untuk satu payung. Untuk harga tiket masuknya 30.000 per orang.
  6. Menuju ke lokasi candinya ternyata masih jauh lagi dari pintu masuk, karena gak mau bercapek2, kami putusin naik kereta kelinci, 6.000 per orang + gratis air minum botol kecil.
  7. Sampailah kita di Candi Borobudur..^^



 PRAMBANAN
  1. Naik bus lagi ke arah terminal Jombor (sama kayak berangkatnya)
  2. Dari terminal Jombor naik Transjogja 2A arah Bandara, trus oper 1A turun di Candi Prambanan. Perjalanannya agak ribet, lama, sekitar 2 jam baru nyampek kayaknya. Muter lewat bandara Adi Sucipto juga,hehe.. gak mudeng ah, pokoknya nyampek aja. Apalagi itu udah hampir jam 4 sore, takut Candinya keburu tutup.
  3. Akhirnya, sampai juga di Halte Prambanan, tapi masih harus jalan kaki lumayan jauh lagi untuk menuju ke lokasi Candi. Waktu udah nunjukin pukul 16.30 WIB. Hampir patah semangatku, untung di depanku ada rombongan bule yang jalan kaki dengan semangatnya, bawa tas ransel gede lagi, si Bule aja masih kuat, masa aku enggak,,hihi...
  4. Cepet2 beli tiket masuk Candi Prambanan, 30.000 per orang, trus langsung naik ke Candi. Wooww.. menurutku ini lebih keren dari Candi Borobudur. Kalo Borobudur udah banyak yang rusak, udah gak jelas pahatannya, sementara di Prambanan masih terlihat terawat, tempatnya pun terlihat lebih bersih. Ditambah lagi di Prambanan tidak ada penjual2 di jalan2, jadi lebih nyaman deh...
  5. Kami menghabiskan senja sambil menunggu sunset. Woww.. Sunset di Prambanan kereen loo... :)
  6. Pukul 18.00 WIB pulang lagi ke penginapan naik Transjogja.

Hari Kedua, Rabu, 22 Oktober 2014

- Jalan2 di Dalam Kota Jogjakarta (Keraton Jogja, Tamansari)
  1. Dari Jalan Malioboro, naik Transjogja arah Keraton. Aku kira arah ke keraton tidak terlalu jauh, tapi ternyata masih jauh dari Halte. Akhirnya, kami naik becak, 15.000 sampai ke pintu keraton. Tiket masuk keraton 6.000 per orang + 2.000 untuk izin mengambil foto di dalam keraton.
  2. Puas di kraton, aku lanjutin ke museum kereta trus lanjut tamansari naik becak, sama Bapak becaknya sih  diajak dulu muter liat-liat kaos oblong sama bakpia, sampek di Tamansari. Waktu itu seingatku bayar Bapak becaknya sekitar 15.000 an. 
  3. Nahh... ternyata buat ke Tamansari itu masih perlu jalan jauh lagi, lewat kampung-kampung penduduk gitu. Pertama, aku diarahin buat wisata ke Sumur Gumuling dulu, itu tuu,, yang katanya bekas masjid Sultan. Karena aku bingung dengan jalannya, jadi aku dianter sama Bapak guide, ditunjukin jalannya sambil diceritain sejarah-sejarahnya. Seruu sih,, tapi jadi gak bisa bebas, gak bisa selfie2, karena Bapaknya terus aja cerita, hehe...
  4. Selesaii dari Tamansari, rasanya kaki ini sudah tidak bisa diajak kompromi, pegel2 semua, akhirnya aku kembali ke Jl. Malioboro naik becak. Eii,, tapi kami sempat mampir sholat dulu di Masjid Agung yang katanya paling kokoh itu loo..:)
  5. Abis itu belanja di sepanjang Jalan Malioboro buat oleh2 orang di rumah. Kaos setelan buat anak2 disana harganya berkisar 35.000, sama halnya dengan kaos2 dewasa, tapi ada juga yang cuma 15.000 dengan kain yang tipis tentunyaa... 
  6. Traa daaa... Rampung sudah perjalanan di Jogja kali ini, pukul 20.00 WIB aku balik lagi dehh ke kampung halaman naik kereta Malioboro lagi. But, that's great travel, Jogjakarta is amazing city.. :D